RSS

Job: Passion vs Survival

10 May

Everybody talks about working on your passion nowadays. How many of you working just to survive?

Sebuah pertanyaan ini menempel di otak gue dimana salah satu radio yang rutin gue dengerin. “Work for your passion, and the money will follow”, kurang lebih begitu deh. Maaf kalo kurang-kurang sedikit taglinenya. Gw pernah liat survey dimana gitu, kalo orang-orang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya terlebih-lebih lagi tidak sesuai dengan passionnya.

All we used to understand that we work for our better future

Konsep Work Your Passion ini boleh dibilang “Relatif” baru. Mungkin nggak baru-baru amat, karena sudah jalan beberapa tahun. Gue sendiri sebagai kelahiran tahun 80-an dengan background keluarga yang bermental kapitalis sudah ditekankan dari kecil bahwa bekerja untuk pengembangan diri dan juga ujung-ujungnya nyari duit 🙂

As the availability for cheap internet data plan increased, twitter didn’t only belong to upper and middle class…

Karena gue ngelempar pertanyaan yang paling awal tadi di twitter, sudah pasti ada beberapa respon. Temen twitter gue, salah satu blogger, konsultan IT dan juga penulis buku; Isman H Suryaman (@ismanhs) berpendapat bahwa secara logika kalo orang bekerja untuk survive pasti tidak akan punya waktu untuk menggunakan twitter.

Di sini yang saya sebenernya kurang setuju (maaf, ya kang hehe). Saat ini teknologi ponsel boleh dibilang kebutuhan sekunder bahkan primer untuk para pekerja terutama di kota-kota besar. Terlebih lagi harga dari ponsel yang sudah terjangkau. Selain harga ponsel yang terjangkau, para penyedia layanan telekomunikasi saat ini sedang berlomba-lomba menyediakan layanan internet murah dengan menampilkan logo seperti Facebook, Twitter, YM dan seterusnya.

Ultimately, we work for a living. Not all people got lucky working things that they love

Maksud gue bukan mau ngajak orang pesimis, jika lo mempunyai sebuah ‘dream job’ maka kejarlah sebisa mungkin. Jika gagal atau terpaksa bekerja di bidang yang mungkin bukan passion lo tapi halal dan bisa mencukupi kebutuhan hidup, maka tidak ada salahnya dijalani. Mengutip kalimat siapa (gw lupa)

“If you cannot do things that you love, love the things you do and be grateful”


 
9 Comments

Posted by on May 10, 2011 in Work

 

Tags: , , ,

9 responses to “Job: Passion vs Survival

  1. isman

    May 10, 2011 at 18:52

    Weheh, definisi “survive” kita tampaknya berbeda, ya gak nyambung, lah. 🙂

     
    • chigaderu

      May 11, 2011 at 14:47

      ihiy, ternyata definisinya sama lho 😀

       
  2. saljuapi

    May 10, 2011 at 20:04

    AFAIK inti dari work for your passion itu adalah menjadi “the ultimate me”. ibarat pisau Victorinox.

    “Work for your passion, and the money will follow”, menurut pov aku sih tagline ini bukan memfokuskan pada “ujung-ujungnya duit” atau “bisa kaya mendadak krn bekerja dgn passion”, walaupun hal tsb bisa saja terjadi.

    imho “Work for your passion” itu lebih kpd usaha utk meraih kebahagiaan di dunia, dan hal itu jauuuh lebih besar daripada sekadar harta/materi. 🙂

     
  3. saljuapi

    May 11, 2011 at 00:42

     
  4. aryawasho

    May 11, 2011 at 17:47

    Gw jadi inget kalimat ini (agak dimodif sih) “Kalau ga kerja nanti anak bini mau dikasih makan apa?”, atau “Kalau ga kerja nanti saya makan apa?”. Ya intinya sih kerja itu buat cari duit, duit dipake buat makan & hidup sehari-hari.

     
  5. mainbasket

    May 11, 2011 at 21:31

    Semua orang sebenarnya bisa bekerja sesuai dengan passion-nya. Siapapun! Masalahnya hanya mau atau tidak saja. Oh maaf, BERANI atau tidak saja! Karena ada satu hal yang gw rasa luput dari tulisan ini yaitu masalah keberanian untuk menjalani pekerjaan yang sesuai dengan passion lu.

    Selama ini kita punya banyak sekali contoh dan panutan orang-orang yang bekerja sesuai dengan passion-nya dan sukses. Kita tahu bahwa mereka melakukan itu setelah melewati banyak tantangan. Nah, ketika kita mengerjakan pekerjaan sesuai passion kita, kita PASTI menghadapi tantangan. Banyak tantangan. Banyak yang menyerah karena ternyata mengerjakan hal-hal yang sesuai passion kita ternyata gak “semanis” yang kita duga.

    Misalnya saja, seorang anak yang suka sepak bola ingin sukses dengan kerjaan yang menjadi passion-nya, bermain bola! Ia harus bekerja keras, berlatih intensif, lebih keras dan keras lagi. Gak banyak orang yang mampu begitu. Akhirnya menyerah. Hal ini berlaku pada bidang apapun; desainer, artis, pegawai perusahaan minyak, kantoran bank, ilmuwan dan lain-lain. Lu suka baso? Coba makan baso setiap hari! Butuh ketahanan gila-gilaan untuk dapat gelar “seorang master bakso yang passion-nya memang makan bakso”! 😛

     
  6. rivanlee

    May 12, 2011 at 21:18

    in my humble opinion nih ya bang, paradigma ini gue dapet dari pendidikan gue dari orang tua dan orang sekitar.
    gak cuma pemikiran kapitalis aja bang yang pengen ujung2nya duit. mnrt gue semua emang butuh duit dan berujung di duit. ya ada memang beberapa quote yg nyebutin kalo uang bukan segalanya. ya kita liat aja realitanya sekarang 😀

    orang yang bicara seperti pasti orang yang beruang/berada. kaya bob sadino pernah bilang “saya ini dulu “gak sekolah” lho, tapi saya kaya/sukses sekarang” ya dia bilang gitu karna dia udah punya uang. dan quote-nya dia sama sekali gak bener buat para pemuda kaya gue yang nanti bakal keras2an nyari duit.

    rejeki dateng darimana aja bang, “untuk mencapai puncak tangga harus melewati anak2 tangga terlebih dahulu”

    hehehe

    eh bang tapi saya setuju sama yg paragraf terakhir,
    emang ada bbrp orang yang kerjanya gak sesuai keinginannya, kalo kita mikir ke agama(islam), itu bener lho, mungkin dia ditempatkan disitu ada maksud khusus, ya pokoknya adalah rejeki manusia dari Yang Kuasa.

    maap ya bang kepanjangan -_-‘ berasa ngepost nih gue…

     
  7. manabu a.k.a kondoy

    May 17, 2011 at 01:31

    hohohohoho…just drop by and say, what a great blog!! i mean, we have to look from other people every now and then. Thinking make us more knowledgeable and also wiser. Aaaniway…mau share aja nih tentang (Job: Passion vs Survival). klo menurut pandangan ane memang butuh keberanian dan kebulatan tekad untuk kerja sesuai passion… (and jangan lupa luck) karena ga semua orang “diprogram untuk kuat dalam menghadapi pahitnya kenyataan disaat job yg dia lakuin bukan passionnya or got their dream job. when that happens, pelariannya jadinya kerja=survival. kerja=passion bisa jadi nyata ketika kita bener2 mencintai apa yg kita lakuin sehingga secara tidak sadar or mungkin sadar karena udah biasa itu menjadi suatu pekerjaan. contoh kasar, suka baca2 novel bahasa inggris misalnya, trus jadi jago bahasa inggris, mulai bantu2 translate, jadilah translator. mana ada orang pengen jadi translator buat kerjaan? tapi karena itu passionnya maka kegemaran dia bisa menghasilkan uang( meskipun ngga banyak sih). so, kesimpulannya adalah, kerja adalah salah satu tools buat survive. nah sama juga dengan passion. dengan kita sadar dengan apa passion kita, maka kita tau what we are good at. and by then when u reach that age where u have to woek to survive,we can rely on what we can do best. so, mari kita kembangkan diri kita, karena orang bisa punya lebih dari satu passion lho. dan gunain passion kita dalam apapun yg kita kerjakan. (soalnya dibuang sayang)..hehehe (maap ngelantur)..

     
  8. @dwijef

    May 27, 2011 at 17:24

    there is a saying: “i don’t want to survive. i want to LIVE.”

     

Leave a reply to manabu a.k.a kondoy Cancel reply